Masa Pandemi Covid 19 : Kesempatan Mengadakan Evaluasi
Menurut Pak Wir, dibandingkan dengan GKI lainnya, apakah ada yang khusus atau khas dengan GKI KB? Apa yang khas itu?
Sebagai bakal jemaat dari GKI Kwitang, GKI KB mewarisi ciri khas yang multi-etnis. Dan sebagai GKI dewasa pertama di wilayah pemukiman baru Jakarta Selatan (25 Februari 1962), terbuka menampung berbagai umat Kristen asal dari Sumatera, sampai Papua sebagai pendatang/pemukim baru di Jakarta Selatan dan sekitarnya. Dari sudut transportasi, mereka dipermudah dengan adanya stasiun bus di Blok M yang lokasinya dekat dengan GKI KB. Berarti GKI KB mempunyai peran ikut memperkuat ciri khas bangsa Indonesia yang Bhinneka Tunggal Ika. Tidak heran kalau dari kekhasan ini terjadi banyak pernikahan antar suku dan antar budaya/tradisi. Hal ini tentu memperluas dan memperkaya wawasan kebudayaan Indonesia.
Kedua, GKI KB dalam kurun waktu setengah abad telah menjadi GKI terbanyak jumlah anggotanya (sekarang Nomor Induk Anggota 14365, real-nya tentu harus dikurangi jumlah yang meninggal dan pindah gereja lain) dan melayani kebaktian minggu terbanyak, 5 kebaktian umum, 2 kebaktian remaja, dan 2 kebaktian di Pos Pondok Karya dan bakal jemaat di Gunung Sindur. Tempat tinggal warga jemaat GKI KB tersebar luas sampai keluar dari wilayah Jakarta Raya, yaitu di Tangerang, Bogor, Depok, dan Bekasi. Umat Kristen yang berminat kebaktian hari Minggu di GKI KB juga masih terus bertambah, sehingga pelataran dan semua ruangan penuh, bahkan pada peristiwa khusus seperti kebaktian malam Natal dan malam Tahun Baru dengan pelayanan Sakramen Perjamuan Kudus, penuh sesak sampai harus pasang tenda-tenda di kaki lima dan taman di seberang GKI KB. Pada satu pihak, keadaan seperti itu sangat menggembirakan, namun juga kewalahan dalam melayaninya. Nah, itulah dinamika persekutuan jemaat GKI KB.
Ketiga, sebagai GKI yang pertama hadir di wilayah Jakarta Selatan, GKI KB dalam kurun waktu pelayanannya selama 40 tahun telah mendewasakan 6 GKI: GKI Bintaro (Depsos) tanggal 29 Oktober 1981, GKI Pondok Indah tanggal 20 Juni 1984, GKI Serpong tanggal 2 Juni 1991, GKI Pamulang tanggal 23 September 1995, GKI Ampera tanggal 4 November 2000, dan GKI Ciledug Raya tanggal 20 Januari 2001. Kemudian beberapa GKI dari mereka juga telah mendewasakan GKI baru sampai semuanya berjumlah 12 GKI dan ditambah dengan 1 GKI Palsigunung dari GKI Kwitang bergabung membentuk GKI klasis Jakarta 2 (1995). Jadi induk dari GKI klasis Jakarta 2 adalah GKI KB.
Keempat, GKI KB adalah gereja yang mempunyai semangat oikoumenis, mau bekerjasama dengan lembaga gereja manapun. Oleh karenanya, GKI KB selalu terbuka untuk siapapun yang mau menjadi anggota jemaat GKI KB. Nemun demi menjaga dan memelihara keutuhan persekutuan jemaat GKI KB, maka yang datang dari gereja dengan aliran ajaran yang berbeda perlu mengikuti katekisasi dulu dan topik penyajiannya tentu disesuaikan dengan latar belakang pemahaman teologinya dan kebutuhannya untuk dapat segera menyesuaikan dirinya pada tata gereja GKI dan tradisinya. Jadi memang membutuhkan waktu katekisasi (umum atau khusus) dan perkenalan akan tradisi administrasi GKI KB. Sehubungan dengan hal ini betapa pentingnya setiap calon Penatua mengikuti pembinaan calon Penatua. Sebagai anggota Majelis Jemaat yang memimpin GKI KB. Pimpinan dan kebijakan serta putusan-putusannya harus dalam koridor ajaran teologis GKI dan sesuai tradisi GKI KB.
Kelima, bukan hanya para Penatua tetapi juga para pendeta yang merupakan pimpinan sentral yang jumlahnya banyak perlu selalu ada forum untuk menyatukan pemahaman dan kebijakan prinsip, menghindari terjadinya pengelompokan jemaat-jemaat seperti yang terjadi pada jemaat mula-mula di Korintus (1 Korintus 3). Maka sejak tahun delapan puluhan, para pendeta GKI KB mengadakan rapat koordinasi pelayanan (RAKORPEL). Biasanya yang dilakukan ialah membicarakan evaluasi pelayanan dan koordinasi pelayanan yang akan datang, supaya semua program pelayanan berjalan lancar dan tidak ada yang tercecer.
(lanjut ke halaman berikut)