2 Kesalahan dan 5 Syarat Sukses Dari Dialog Agama

Oleh : Tim Redaksi

Tidak akan ada perdamaian di antara bangsa-bangsa tanpa perdamaian antar agama; Tak ada perdamaian antar agama tanpa dialog antar agama (Hans Kung)

Tiap agama mempunyai klaim kebenarannya sendiri.  Walaupun berhak atas klaimnya sendiri, tiap agama juga harus menghormati hak komunitas agama lain.  Keyakinan atas kebenaran agama kita, tidak seharusnya menutup adanya kebenaran dalam agama lain.  Hal itu dibutuhkan untuk menjamin keharmonisan hidup dalam dunia yang plural.

Dan untuk menumbuhkan saling menghargai, diperlukan pengetahuan yang memadai tentang agama lain.  Pengetahuan tersebut membantu mengatasi prasangka buruk atau ketegangan keagamaan.  Maka, jika kita hanya mengetahui satu agama, sesungguhnya kita tidak tahu apa-apa!  Artinya, untuk menjadi religious dalam dunia yang plural, kita perlu menjadi inter-religious.

Ketidaktahuan seseorang tentang agama lain, dan tentang keluasan agamanya sendiri kerap menjadi rintangan menuju dialog. 

2 Kesalahan

Dalam dialog agama, ada 2 kesalahan umum tentang tujuan dialog agama.  Jika seseorang melakukan 2 kesalahan ini, maka dialog yang terjadi bisa berdampak kontraproduktif, bahkan destruktif. 

  1. Tujuan utama dialog ialah mengubah pandangan partisipan lain.

Ada orang yang terlibat dalan dialog agama dengan ambisi untuk mengubah pandangan orang lain.  Jika ini yang jadi tujuan, besar kemungkinan bukan dialog yang terjadi, namun perdebatan. 

2. Dialog agama adalah aktivitas dakwah atau misionari

Agenda yang sesungguhnya dalam sebuah dialog adalah memahami ‘yang lain’.  Bukan untuk memenangkan argumentasi, bahkan mengkonversi orang lain kepada agama kita.   

5 Syarat Sukses

Supaya tidak kontraproduktif, partisipan dialog perlu memenuhi 5 persyaratan berikut ini (menurut Catherine Cornille, dalam buku “The Im-possibility of Interreligious Dialogue”)

  1. Humility (kerendah-hatian)

Partisipan dialog harus punya kerendah-hatian untuk mendengar pandangan lain.  Biarkan orang bicara sampai selesai, jangan terus diinterupsi.  Juga dalam cara menyampaikan pesan supaya tidak terkesan arogan dan mau menang sendiri.  Kita harus menyadari seberapapun luas dan dalam pengetahuan kita tentang agama, tetap saja sangat terbatas.

2. Commitment to truth

Komitmen yang dimaksud, ialah komitmen terhadap agama kita sendiri.  Dalam hal ini dimaknai sebagai pengetahuan yang cukup tentang agama.

3. Interconnection

Adanya keterlibatan para partisipan untuk saling memahami.  Kesadaran interkoneksi ini memungkinkan seseorang mengembangkan rasa solidaritas antar sesama umat manusia. 

4. Empathy

Empati yang dimaksud Cornille adalah sebagai “proses mentranformasi diri ke dalam perasaan, pikiran, dan pengalaman orang lain.”

5. Hospitality

Keramahtamahan.  Sikap terbuka menyambut orang lain (seperti keramahtamahan dalam menyambut tamu) yang punya pandangan keagamaan yang berbeda

Seringkali kita memusuhi hal yang tidak kita ketahui dan pahami.  Dialog merupakan sarana untuk saling memahami.  Let’s talk!     

Sumber : Islam Revisionis – Mun’im Sirry

Feature image credit: http://rel-tour.com/