Siapakah Orang Samaria-mu?
Keterlaluan rasanya jika ada umat GKI Kebayoran Baru yang belum pernah mendengar atau membaca kisah mengenai “Orang Samaria yang Murah Hati” (Lukas 10:25 – 37), ataupun “Percakapan dengan Perempuan Samaria” (Yohanes 4:1-42). Namun demikian, karena begitu jauh terbentangnya jarak dan waktu antara lokasi kita di Jakarta abad 21 ini dengan tempat dan waktu kejadian tersebut, rasanya wajar bila kita tidak memahami betapa radikal dan menakjubkannya kisah Yesus dan orang Samaria itu. Siapa nyana, di balik kisah tersebut terdapat sejarah panjang prasangka rasial, dan kebencian etnik Yahudi kepada etnik Samaria. Keduanya adalah musuh bebuyutan!
Namun di antara tembok prasangka dan kebencian yang memisahkan etnik Yahudi dan etnik Samaria, dalam keempat Injil, justru hanya kepada seorang perempuan Samaria, Yesus memperkenalkan diri-Nya sebagai seorang Mesias! (Yohanes 4:26). Wow!
Orang Samaria: Bukan Yahudi Murni
Samaria berlokasi di dekat Sebastiya, sekitar 64.5 km sebelah utara Yerusalem. Ayah raja Ahab, Omri, membangun Samaria di atas bukit sekitar tahun 885 SM dan mengubahnya menjadi ibu kota bangsa Yahudi Israel Utara. Samaria berkembang selama sekitar satu setengah abad, sampai ditaklukkan bangsa Asyur di tahun 722 SM.
(lanjut ke halaman berikut)