Mencari Pemimpin
Oleh: Riant Nugroho
Tahun ini kita memasuki masa pemilihan presiden (pilpres). Ada humor politik: “Pemilu ibaratnya rakyat memberhentikan pemimpin yang selama lima tahun menghardik-hardik mereka, dan memilih pemimpin yang lima tahun lagi akan menghardik-hardik mereka.”
Memilih Presiden di Indonesia berbeda dengan memilih Perdana Menteri (PM) di Singapura atau Malaysia. Di Indonesia, Presiden adalah Kepala Pemerintahan sekaligus Kepala Negara. Di Malaysia, PM hanya menjabat sebagai Kepala Pemerintahan yang sewaktu-waktu dapat ditegur bahkan diberhentikan oleh Kepala Negara. Tak heran, pilpres di Indonesia ibarat penyakit malaria yang mewabah dengan gejala panas dingin, meriang, mulas-mulas, hingga diare.
Pilpres tahun 2019 diprediksi akan berlangsung seru. Joko Widodo (Jokowi) sebagai petahana telah menetapkan KH Prof. DR. Ma’ruf Amin sebagai calon wakil presiden (cawapres). Ma’ruf Amin dikenal sebagai tokoh PBNU sejati dan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang disegani. Ma’ruf pernah menyatakan diri sebagai penggerak “Kelompok 212.” Penantang Jokowi – Ma’ruf Amin adalah Prabowo Subianto berpasangan dengan Sandiaga Uno. Pasangan tokoh ini tak kalah kontroversialnya. Kedua pasangan capres-cawapres ini menghadirkan pilihan yang tidak mudah; karena harga yang harus dibayar ke depan tidaklah murah. “Tapi tak apa, pemilu itu bukan untuk memilih yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang terburuk berkuasa,” tutur Romo Prof. DR. Franz Magnis-Suseno.
(lanjut ke halaman berikut)