Jangan Jauhi Dunia
Wawancara Dengan Pdt. Daniel Bani Winni Emma
Oleh: Tim Penulis Sahabat
Prolog:
Tanggal 29 Februari 2016
Hanya terjadi di tahun kabisat, bulan Februari memiliki 29 hari. Hari inilah untuk pertamakalinya aku menginjakkan kaki di GKI Kebayoran Baru, Jakarta. Ada yang berkata bahwa kesan pertama menentukan segalanya. Dari dalam taksi aku melihat suasana yang cukup ramai di dalam gedung gereja. Ternyata sedang dilayankan kebaktian penghiburan bagi almarhumah Pnt. Rina Tamtomo. Tanpa mengurangi rasa hormat pada almarhumah dan keluarga, dalam hati aku berpikir: aku datang, ada yang pergi. Ini sambutan yang tidak pernah ku bayangkan dan pertama kalinya ku alami.
“Pnt. Rina meninggal setelah berteman dengan penyakitnya. Aku pilih kata berteman karena dari renungan penghiburan dan kesaksian beberapa jemaat, Pnt. Rina adalah sosok yang riang dan bersemangat dalam hidup. Aku membayangkan bahwa Pnt. Rina adalah orang yang berhasil membuat penyakit menjadi teman hidupnya. Oleh karena itu, ia tetap riang sekali pun menderita sakit. Penyakit tidak berhasil merenggut sukacitanya. Aku makin yakin bahwa sukacita yang bersumber dari damai sejahtera Tuhan tidak akan dapat direnggut oleh siapapun, oleh apapun. Selamat jalan Pnt. Rina. Terima kasih Ibu telah memberiku bekal, walau kita belum kenal. Ini adalah sambutan paling tidak wajar yang pernah saya alami sebagai calon pendeta di gereja yang baru, tetapi sekaligus sambutan paling bermakna yang pernah saya terima. Respect!”
(Petikan dari jurnal harian Pdt. Bani saat masa perkenalan di GKI KB)
Saat Kecil: Belum Bercita-cita Menjadi Pendeta
Daniel Bani Winni Emma adalah sosok pendeta baru dan pendeta paling muda di lingkungan GKI KB. Menjadi pendeta bukanlah cita-citanya dari kecil, bahkan tak pernah terpikirkan sebelumnya. Ketertarikannya untuk masuk sekolah teologi dan menjadi pendeta muncul dan menguat setelah terlibat dalam pelayanan di gereja.
Ketika tiba di Jakarta, hal yang paling menjengkelkan Pdt. Bani adalah perilaku pengendara kendaraan bermotor di lampu merah, yang langsung meng-klakson ketika lampu berubah hijau.
Dari buku “Kebaktian Penahbisan Pdt. Daniel Bani Winni Emma, S.Si. (Teol.) ke dalam jabatan Pendeta GKI – Berpartisipasi dalam dunia, Rendah hati dalam berkarya” tanggal 24 September 2018, terlihat Pdt. Bani menunjukkan minat atas pluralisme. Melalui kegiatannya saat masih menjadi mahasiswa, baik bersama para calon pendeta dari denominasi lain, ataupun kegiatan lintas agama, seperti Gusdurian (komunitas yang meminati karya dan semangat Gus Dur / Abdurrahman Wahid).
Redaksi SAHABAT (S) berkesempatan melakukan bincang-bincang singkat dengan Pdt. Daniel Bani Winni Emma (B) tentang keberagaman yang menjadi topik sentral edisi kali ini. Berikut petikan wawancaranya:
(lanjut ke halaman berikut)