Bukan Dari Roti Saja

Oleh: Pdt. Tohom M. Pardede

Bacaan: Lukas 4:1-4

Jawab Yesus kepadanya: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja.” (Lukas 4:4)

Saat lapar, kebanyakan orang mengalami perubahan emosi. Bukan emosi yang positif, tetapi yang negatif. Energi yang keluar acapkali energi yang negatif, sia-sia, juga pikiran dan perasaannya tumpul. Oleh sebab itu setiap orang berjuang untuk tidak lapar dan puncaknya, bagaimana agar bisa makan dan kenyang. Tidak peduli cara yang digunakan, yang penting bisa makan dan kenyang.

Apa yang ditawar Iblis kepada Yesus sangat relevan, kontekstual dan sungguh kekinian dalam hal pemenuhan akan lapar dan makanan. Tantangan iblis untuk Yesus mengubah batu menjadi roti senada dengan upaya manusia melakukan segala cara, termasuk yang kotor, kasar dan tidak berkenan kepada Tuhan. Yang penting makan.

Demi kebutuhan makan, banyak orang merampas harta orang lain. Mencuri apa yang bukan miliknya.  Mengambil sedikit keuntungan atas nama bisnis dan pelayanan. Memanipulasi alias menggelapkan dan menyelewengkan uang yang bukan miliknya. Pokoknya ‘batu menjadi roti.’ Sekali lagi, yang penting bisa makan dan kenyang.

Yesus mengingatkan kita semua perihal roti atau makanan ini, yaitu bahwa manusia hidup bukan dari roti saja. Manusia hidup bukan dari makanan saja. Injil Matius menyebutkan bahwa manusia hidup ‘dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.’ (Mat. 4:4)

Peringatan ini mengingatkan kita akan kisah Esau yang menjual hak kesulungannya untuk sepiring makanan (bdk. Ibr. 12:16). Paulus juga mengingatkan bahwa jangan karena makanan, kita membinasakan sesama (bdk. Rm. 14:15). Jangan juga oleh karena makanan merusak pekerjaan Allah (bdk. Rm.14:20).

Peringatan itu pun sangat relevan dengan konteks bergereja atau berjemaat sekarang ini. Anggaran untuk roti, makanan, dan konsumsi sesekali membuat ketidakdamaian dalam hati beberapa orang. Kadang sebuah acara hanya oke, kalau roti alias konsumsinya oke. Makanan acapkali mengalihkan perhatian kita dari pekerjaan dan pelayanan itu sendiri. Bahkan mengalihkan kita dari Tuhan.

Jawaban Yesus kepada Iblis mengingatkan kita, bahwa saat kita bisa makan, minum dan bersenang-senang sekalipun, itupun dari tangan Allah (bdk. Pkh. 2:24-26). Jawaban Yesus kepada iblis yang dimulai dengan kalimat Ada tertulis seharusnya jadi teladan untuk kita menjawab apa saja persoalan hidup. Sebab demikianlah hidup yang dikehendaki-Nya. Tidak seperti kebanyakan orang yang sering memberi pertanyaan kepada iblis dan sekaligus memperoleh jawaban dari setan. (Hati-hati akan hal ini, karena banyak orang yang percaya, tumbang dan kalah, demi memuaskan laparnya, demi memuaskan perutnya, demi memuaskan kenyangnya, demi mengumpulkan harta dan kekayaannya).

Ingat jawaban Yesus! Ingat apa kata firman!

Ingat apa yang dikehendaki Tuhan!

Ingat, manusia, kita hidup bukan dari roti saja, bukan dari makanan saja!

Bersyukurlah dengan apa yang ada pada kita!

Bersyukurlah, sebab semua milik dan dari Dia! Amin.

(pastori010219:08:12)