“Until Then”, Sukacita Kematian Orang Kristen

“Until Then”, Sukacita Kematian Orang Kristen

Oleh: Yancen Piris

Rumahku adalah di Surga. Saya hanya berkelana melalui dunia ini.
My home is in Heaven. I’m just traveling through this world. – Billy Graham

 

William Franklin Graham Jr. atau yang dikenal dengan nama Billy Graham, adalah penginjil ternama dari Amerika Serikat. Berpulangnya Billy Graham ke Surga pada 21 Februari 2018, dalam usia yang ke-99 tahun membuat banyak orang di seluruh dunia merasa kehilangan. Sekitar 2.000 orang dari berbagai negara menghadiri pemakaman yang sepertinya sudah dipersiapkan sebelumnya. Ya, Mark DeMoss, juru bicara Billy Graham menyampaikan bahwa mulai prosesi hingga pemilihan 6 lagu yang yang mengiringi pemakaman, sudah disusun Billy Graham. Salah satu dari lagu tersebut adalah “Until Then” gubahan Stuart Hamblen, seorang penyanyi musik country tersohor di Amerika pada era 1930 dan 1940-an.

Until Then” diciptakan oleh seorang anak pendeta Methodist yang nakal. Jauh dari ajaran ayahnya, Hamblen justru tumbuh sebagai anakyang gemar berbohong dan menipu orang. Dalam kesehariannya, Hamblen senang bermabuk-mabukan. Semua perangai dan perilaku buruk Hamblen berubah drastis pada tahun 1949.  radikal Saat itu, Hamblen mengikuti ayahnya hadir dalam pertemuan penginjilan di Los Angeles yang digelar oleh Billy Graham. Dalam catatan pribadinya, Hamblen mengaku bahwa saat itu, Yesus menegur hidupnya. Betapa hidupnya selama ini sudah sedemikian mengecewakan Hati Yesus. Khotbah Bill membuat Hamblen tersadar dan mengambil komitmen hidup baru untuk mengikuti teladan Yesus. Hamblen pun menghentikan karirnya sebagai pemusik country dan memulai sebuah pelayanan kesaksian melalui talenta musiknya.

Banyak lagu digubahnya, salah satunya adalah “Until Then.” Lagu ini mengenai pemahaman Hamblen terhadap momen kematian seorang Kristen (baca: pengikut Kristus). Mengenai kematian, Stuart Hamblen berkata, “Ketika Anda melihat saya mati, katakanlah ‘Amin’. Tapi jangan menangis. Bagi seorang Kristen, tujuan kita jelas usai kematian adalah Kristus. Pertemuan dengan Yesus harus diresponi dengan sukacita.

Bagi Hamblen, sukacita saat kematian menjelang didasari oleh Firman Tuhan, salah satunya adalah 1 Korintus 13:12. Hingga pada tahun 1958, Hamblen pun menciptakan lagu gospel “Until Then” yang berbicara mengenai Lagu tersebut berbicara mengenai perubahan dramatis yang akan kita alami saat kematian menjelang bila kita hidup dalam Kristus. “Until Then” juga perwujudan dari perilaku yang layak dilakukan oleh seorang pengikut Kristus di dunia ini, sambil menantikan kedatangan Yesus kedua kalinya.

Melalui lagu ini, Hamblen ingin mengajak kita untuk menyadari benar bahwa dunia ini bukanlah ‘rumah’ kita yang kekal, ini semua bersifat sementara. Saat kematian adalah saat kita akan bertemu face to face dengan Yesus di Surga. Bersukacitalah! Mari kita kerjakan keselamatan di bumi ini dengan penuh sukacita.

My heart can sing when I pause to remember,
A heartache here is but a stepping stone.
Along the trail that’s winding always upward,
This troubled world is not my final home.
But until then my heart will go on singing,
Until then with joy I’ll carry on.
Until the day my eyes behold the city,
Until the day God calls me home.
The things of earth will dim and lose their value;
If we recall they’re just borrowed for a while.
And things of earth that cause the heart to tremble,
Remembered there will only bring a smile.