TIMOTIUS: Hormat akan Allah!

TIMOTIUS: HORMAT AKAN ALLAH | Oleh: Lisya Pondaag |

“Semangat anak muda untuk pergi jauh meninggalkan rumah, orang tua dan kerabatnya. Satu hal yang pasti: kepergiannya itu bertujuan untuk melayani Tuhan dan menebarkan Kabar Baik. Itulah Timotius, yang selalu tersenyum walau menghadapi banyak bahaya di perjalanan…”

 

Timotius: Dipenuhi dengan Iman

Timotius adalah sosok muda yang menjadi rekan Paulus semasa pelayanannya. Timotius lahir dari pernikahan campuran. Ibunya, Eunike, berasal dari Yahudi dan ayahnya seorang Yunani (Kis 6:1).  Eunike dikenal karena imannya (2 Timotius 1:5). Eunike rajin mengenalkan dan mengajarkan Kitab Suci sejak Timotius masih kecil (2 Tim 3:15). Timotius berasal dari Listra (Kis 16:1) dan ia sangat dihormati oleh saudara-saudaranya baik di Listra maupun di Ikonium (Kis 16:2). Paulus memuji iman Eunike dan Lois, nenek Timotius,  yang terus bertumbuh. Lois adalah wanita Yahudi yang saleh dan mengajarkan Kitab Suci secara turun menurun.

Melalui Banyak Kesengsaraan

Berawal dari perjalanan pertama Paulus mengunjungi Listra, saat itu Timotius menyaksikan penderitaan Paulus (2 Timotius 3: 11). Pengalaman itu menjadi peristiwa yang menumbuhkan iman percaya Timotius. Paulus sangat senang melihat Timotius meskipun masih muda, namun memiliki watak yang tulus dan rendah hati. Paulus memilih Timotius untuk bergabung ke dalam kelompoknya, barangkali untuk menggantikan Yohanes Markus (Kis 5: 36). Pilihan ini dibenarkan karena di kemudian hari Paulus mengingatkan bahwa Timotius dapat dikhususkan untuk pekerjaan ini, seperti tertuang dalam 1 Timotius 1:18 “tugas ini kuberikan kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang dinubuatkan tentang dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang baik dengan iman dan hati nurani yang murni.” Pada saat itu Timotius menerima karunia khusus untuk tugasnya itu, yang disampaikan kepadanya melalui penumpangan tangan sidang penatua dan oleh Paulus sendiri (1 Tim 4: 14;2 Tim 1:6).

Karya Pelayanan Timotius

Mula-mula Timotius dipercayakan oleh Paulus pergi ke Tesalonika untuk meneguhkan hati orang-orang Kristen yang teraniaya di situ. Timotius juga dipercaya untuk mendampingi Paulus selama penginjilan di Korintus (2 Kor 1:1-19). Korintus bukanlah tempat yang mudah untuk tugas mengabarkan Injil. Kala itu, Korintus adalah kota yang telah maju dan moderendan sangat sulit untuk membuka diri pada sebuah keyakinan. Paulus menempatkan Timotius di Korintus dengan penuh keyakinan: “Justru itulah sebabnya aku mengirimkan kepadamu Timotius, yang adalah anakku yang kekasih dan yang setia dalam Tuhan. Ia akan memperingatkan kamu akan hidup yang kuturuti dalam Kristus Yesus, seperti yang kuajarkan di mana-mana dalam setiap jemaat.” (1 Kor 4: 17). Timotius juga melayani bersama Paulus di Efesus. Adapun tugas Timotius di Efesus (1 Tim 1:3) untuk menghadapi guru-guru bidat (bidat = ajaran atau aliran yang menyimpang dari ajaran resmi. Red.), mengawasi ibadah umum, dan menetapkan pejabat-pejabat gereja. Timotius akhirnya menjadi pengawas Kristen yang luar biasa. Paulus memberinya tanggung jawab untuk mengunjungi sidang-sidang agar bisa menguatkan dan menganjurkan mereka. Dia juga dipercaya untuk melantik pria-pria yang layak menjadi penatua dan hamba pelayanan di sidang​ (1 Timotius 5:22).

Karakter Timotius

Timotius ternyata sangat pemalu, sebab Paulus mendesak orang-orang Korintus supaya membuatnya merasa aman dan nyaman: “Jika Timotius datang kepadamu, usahakanlah supaya ia berada di tengah-tengah kamu tanpa takut, sebab ia mengerjakan pekerjaan Tuhan, sama seperti aku.” (1 Kor 16:10) Paulus juga mengingatkan agar orang-orang Korintus tidak menghinanya “jadi, janganlah ada orang yang menganggapnya rendah! Tetapi tolonglah dia, supaya ia melanjutkan perjalanannya dengan selamat,…”(1 Kor 16:11).

Timotius penuh kasih sayang (2 Tim 1:4) tapi sangat penakut (2 Tim 1:7) ia memerlukan banyak nasihat pribadi dari Paulus yang adalah bapaknya secara iman, ia dinasehati agar jangan membiarkan dirinya tergoda oleh nafsu orang muda (2 Tim 2:22), supaya jangan merasa malu menyaksikan Injil (2 Tim 1:8). Timotius mengikuti jejak teladan Paulus dalam melayani sehingga ia tidak takut lagi. Pada akhirnya, Timotius juga menjadi tahanan (Ibr 13:23). Paulus begitu mengasihi Timotius bahkan tidak seorangpun dari teman-teman sekerjanya yang begitu amat dipuji-puji karena ketaatannya (1 Kor 6: 10; Flp 2:9; 2 Tim 3:10). Belakangan, Paulus juga menuliskan: ”Tidak ada orang lain padaku yang memiliki watak seperti dia yang dengan tulus akan memperhatikan hal-hal mengenai kamu.” (Filipi 2:20)

 Belajar dari Kisah Timotius

Tak pelak, peran orangtua memiliki peran penting dalam menumbuhkan iman percaya pada anak. Teladan dalam membaca Firman Tuhan sejak dini adalah bekal anak untuk menghadapi masa-masa yang akan mereka lalui. Timotius bisa membuka diri, mengagumi dan menghormati Paulus bukan terjadi begitu saja, tapi karena Firman Tuhan yang mulai ditabur oleh ibu dan neneknya kepada Timotius sejak masa kanak-kanaknya. Marilah kita menjadi orangtua yang tekun untuk menaburkan Firman Tuhan kepada anak-anak kita sejak mereka kecil.

Menanamkan cinta kasih dalam kehidupan sehari-hari kepada anak-anak kita merupakan teladan yang penting. Ingat, anak kita adalah peniru ulung, yang setiap saat akan selalu mengamati, telinganya menyimak, dan pikirannya mencerna apapun yang kita lakukan! Didiklah anak-anak kita seperti Timotius, yang sesuai arti namanya: “Orang yang menghormati Allah”. Timotius telah memberikan contoh iman yang luar biasa untuk kita semua. Yuk baca Alkitab!

 

Sumber: Ensiklopedia Alkitab Masa Kini