Sudahkah Aku Diampuni?

Oleh: Pdt. Janoe Widyopramono

Pengampunan dan pertobatan bagaikan dua sisi dari sekeping mata uang. Pengampunan adalah anugerah, pertobatan adalah respons atas anugerah itu.   

Perayaan Paska, kebangkitan Yesus Kristus dari kematian-Nya, setelah Ia menderita aniaya dan disalibkan, baru saja lewat. Itulah puncak karya kasih Allah yang begitu besar, yang Ia nyatakan dengan karya penyelamatan Yesus Kristus atas manusia berdosa. Rasul Paulus menulis: “Akan tetapi Allah menunjukkan kasih-Nya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa” (Roma 5:8).Karya penyelamatan yang Kristus nyatakan, bukan Dia lakukan sebagai upah dari kebaikan-kebaikan yang sudah kita lakukan bagi-Nya. Bagi kita apa yang dilakukan-Nya adalah anugerah besar, pengampunan dosa. Zakharia dalam nyanyiannya dengan sangat jelas menegaskan, ‘untuk memberikan kepada umat-Nya pengertian akan keselamatan yang berdasarkan pengampunan dosa-dosa mereka, oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah kita’ (Lukas 1: 77-78a). Apa yang telah dinyatakan oleh Zakharia itu ditegaskan oleh Yesus saat Ia mengadakan perjamuan malam terakhir bersama para murid-Nya. Kata-Nya: “Minumlah, kamu semua, dari cawan ini. Sebab inilah darah-Ku, darah perjanjian, yang ditumpahkan bagi banyak orang untuk pengampunan dosa” (Matius 26: 27b-28). Dalam berbagai karya penyembuhan, Yesus menyatakan: “Dosamu sudah diampuni.”  Pengampunan dosa adalah inti iman Kristen.

Lalu, mengapa seorang Kristen masih bertanya, ‘sudahkah aku diampuni?’ Mengapa ragu dengan pengampunan yang Tuhan Yesus sudah berikan? Alkitab memberi kita informasi bagaimana orang-orang yang melakukan tindakan dosa (contoh: pe(z)inah – Yoh. 8: 1-11; pemeras – Luk.19: 1-10, dan beberapa yang lain) diterima olehYesus dengan penuh cinta kasih tanpa menghukum mereka. Saulus, penganiaya dan pembunuh para pengikut Kristus pun dipakai-Nya menjadi pemberita Injil (Kisah Para Rasul 9: 1-19a). Pengampunan memungkinkan hal itu terjadi. Petrus murid terdekat Yesus, menyangkal bahwa Ia mengenal Yesus, tidak hanya sekali, tapi tiga kali. Setelah itu Petrus menangis dengan sedihnya, menyesali apa yang telah dilakukannya (Lukas 22: 54-62) dan ia tidak pernah mengulanginya lagi.

Perbuatan buruk dan dosa apapun yang sudah seseorang  lakukan, Yesus pasti mengampuninya, kecuali orang itu sangsi akan kasih dan kuasa-Nya. Pengampunan pasti Yesus berikan bagi mereka yang sungguh-sungguh menyesali dosa-dosanya dan mengambil langkah pertobatan. Pertobatan sesungguhnya adalah respons sekaligus konfirmasi dari seseorang yang baginya ditawarkan pengampunan. Diampuni berarti dianggap tidak pernah melakukan sesuatu yang salah yang pernah dilakukan, dianggap bersih dari kekotoran yang selama ini melekat pada seseorang.

Sudahkah aku diampuni? Sudah, jika Anda percaya bahwa kasih Kristus begitu besar, dan mengakui serta memercayai pengampunan yang sudah Ia berikan melalui curahan darah-Nya di kayu salib. Lalu apa yang harus kita lakukan sebagai pribadi yang sudah diampuni? Bersyukur. Menghidupi anugerah keselamatan oleh pengampunan dosa yang sudah Tuhan Yesus anugerahkan, dengan meninggalkan dan menanggalkan sesuatu yang kita sesali karena kita pernah melakukannya, serta membangun komitmen untuk tidak melakukannya lagi.

Pengampunan dan pertobatan bagaikan dua sisi dari sekeping mata uang. Pengampunan adalah anugerah, pertobatan adalah respons atas anugerah itu.

(Dimuat di Majalah Sahabat Vol.2 Mei 2017)