Persahabatan

Oleh: Ichwan Panggabean
Penyelaras Akhir: Nitya Laksmiwati

Sampai di manakah perjalanan kita? Apakah kehidupan spiritualitas kita makin bertumbuh, atau status quo? Bagaimana makna relasi yang terjalin antarsesama? Apakah ada perubahan signifikan yang terjadi pada karakter kita? Atau kekhawatiran hidup yang sering mendominasi hati kita? Bagaimana peran sahabat bagi pertumbuhan rohani murid Kristus?

Sahabat adalah salah satu anugrah dalam hidup. Tidak semua orang bisa memiliki seorang sahabat. Ketika Yesus mengajar dengan bermetafor: “Akulah pokok anggur yang sejati….” , kemudian Yesus melanjutkan pengajaran-Nya tentang relasi sahabat dan hidup yang menghasilkan buah yang tetap. Sahabat Yesus mengerti dan melakukan apa yang dikehendaki Firman Tuhan untuk menghasilkan hidup yang bermakna dan berbuah.

Persahabatan bisa jadi relasi yang rawan dimanipulasi. Ketika kasih ipersahabatan berubah jadi kasih yang ingin menguasai pihak lain, maka persahabatan itu sudah tidak sesuai dengan hakekatnya.  Ketika persahabatan dihubungkan dengan  pertanyaan: ” Apa fungsinya orang ini bagi kepentingan dan ambisi saya?”, maka arti persahabatan bergeser dari relasi yang pada dasarnya indah dan tulus, menjadi sarana untuk memperalat pihak lain. Ketika persahabatan hanya dihubungkan dengan aspek ekonomi saja, maka persahabatan menjadi kehilangan aspek ketulusannya.

Persahabatan perlu ditumbuhkan dan mengarah kehidupan spiritual yang sehat, di dalam Kristus. Hidup yang menghasilkan buah.

Bila kita merujuk arah yang indah. Hidup yang berpusatkan pada Kristus, melalui misi suara kenabian, kuasa doa, dan pemberadayaan jemaat menjadi tujuan utama. Kehidupan persahabatan pada 50 tahun kedua perjalanan GKI Kebayoran Baru, bisa saja diwarnai dengan relasi-relasi masa lalu: persahabatan yang pernah mengalami konflik, kesalahpahaman, dan peristiwa yang tidak mengenakkan. Indikatornya ada pada jumlah kehadiran di paduan suara wilayah dan pertemuan PA wilayah. Persahabatan memerlukan kualitas yang baik. Saya melihat relasi yang berkualitas itu pada persahabatan mas Rio Wisaksono dan bapak Widjanarko, juga pada kelompok tumbuh bersama dari Korem angkatan 86 dsk.

Persahabatan yang berkualitas bukan utopia, bukan pula sesuatu yang abstrak. Pada buku Sacred Companion (“Sahabat Kudus” karya , David G Benner, yang diterbitkan pada Maret 2012 oleh penerbit Perkantas), persahabatan itu bertujuan: menjadi seorang kekasih Kristus yang luar biasa, menjadi pribadi yang utuh dan kudus, dan menjadi diri kita yang sejati di dalam Kristus (hal. 29).

Kiranya perjalanan spiritual Majalah dari komisi Infokom ini bisa mendorong dan menginspirasikan persahabatan yang sejati kepada murid Kristus yang setia beribadah di GKI –KB. Kita semua rindu untuk selalu bertumbuh dalam relasi  persahabatan di tengah zaman yang gencar berubah dan semoga setiap karya yang dihasilkan dapat memancarkan kehangatan kasih Kristus di sagala aktivitas. Coram Deo.

*Teladan persahabatan.

(Dimuat di Majalah Sahabat Vol.1 Februari 2017)