7 Panduan Jitu Pahami Sahabatmu

Oleh: Harez Posma Sinaga M.Psi dan Ratmiwiyanti, M.Psi
Penyelaras Akhir: Nitya Laksmiwati

Tau dong apa itu FWB (Friend with Benefit) dan BFF (Best Friend Forever)? Nah, bila filsuf terkenal Aristoteles, mengidentifikasi 2 ciri utama dalam persahabatan (preferensial atau memilih-milih, dan mutual atau saling menguntungkan), maka Raja Salomo pun mengungkapkan prinsip utama dalam persahabatan: “Ada teman yang mendatangkan kecelakaan, tetapi ada juga sahabat yang lebih karib dari pada seorang saudara.” (Amsal 18:24)

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.” (Amsal 17:17)
Dalam Perjanjian Baru pun dikemukakan bahwa Yesus pernah mengatakan “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya.” (Yohanes 15:13).

Berikut 7 Panduan Jitu, Pahami Sahabatmu:

1. Saling Memperhatikan
• “Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.” (Ibrani 10:24)

• “… dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.” (Filipi 2:4).

• “Dan sebagaimana kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah juga demikian kepada mereka.” (Lukas 6:31)
Prinsipnya, kita pengen diperlakukan gimana sih oleh sahabat kita? Nah, lakukan itu terlebih dahulu kepada sahabat kita.

2. Saling Membangun
• “Siapa bergaul dengan orang bijak menjadi bijak, tetapi siapa berteman dengan orang bebal menjadi malang.” (Amsal 13:20).
Pergaulan yang buruk dapat merusak kebiasaan yang baik. Persahabatan yang dibangun hendaknya berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan jiwa dan jasmani kita.
Tuhan menciptakan manusia sebagai mahluk yang paling mudah beradaptasi,. Ibaratnya, saat kita mencium bau busuk, kita akan menutup hidung kita. Namun bila kita tinggal atau berada di lingkungan yang penuh dengan aroma busuk, maka aroma busuk itu akan ‘melekat’ di badan kita. Untuk itu, bermawas diri lah dalam setiap pergaulan.

3. Siap Menjadi Tempat Curhat
• “Hai, saudara-saudara yang kukasihi, ingatlah hal ini: setiap orang hendaklah cepat untuk mendengar, tetapi lambat untuk berkata-kata, dan juga lambat untuk marah.” (Yakobus 1:19).
Teman atau sahabat yang baik akan saling mendengarkan. Bila sahabat kita sedang mencurahkan isi hati (curhat) maka sebaiknya kita dapat memosisikan diri. Kita harus tahu kapan saatnya mendengarkan dengan empati (to listen, not just to hear). tahu kapan harus menasehati, mengapresiasi, bahkan paham saat yang tepat bila harus menegurnya.

Ketika ia bercerita tunjukkan perhatian, dengan sikap tubuh yang sedikit maju, tataplah matanya dengan sejuk, tidak sambil memainkan gadget, mengatakan ‘ya..’ –‘hmm..’ – ‘begitu..’ atau merefleksikan kembali perkataannya, menepuk / merangkul pundaknya, menggenggam tangannya, adalah hal-hal yang dapat menjadi pertanda bahwa kita sedang mendengarkannya.

• “Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah” (Amsal 27:6).

• “…perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel di pinggan perak.” ( Amsal 25:11).

Di balik teguran yang dilontarkan oleh sahabat kepada kita, perlu dicerna secara positif.
 Siapkan hati dan serahkan kepada Tuhan tak perlu ill-feel) kalau pesan kita tidak ditanggapinya sesuai harapan kita). Cari waktu dan suasana hati yang tepat
 Gunakan kalimat positif dan jaga nada suara agar tetap rendah atau netral. Berikan contoh nyata atau analogi untuk membuka cakrawala berpikirnya agar kita tidak terkesan mengguruinya
 Pilih kata-kata yang sejuk. Jangan memaksakan pemikiran / pesan kita.
 Beri waktu kepada sahabat kita untuk merenung, mencerna dan menentukan pilihan atau /tindakannya kemudian.

4. Tidak Mudah Tersinggung
• ”Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara berlimpah-limpah.” (Amsal 27:6)

• “Besi menajamkan besi, orang menajamkan sesamanya.” ( Amsal 27:17).
Jangan dikit-dikit ‘baper’ ah .. Kalau sahabat kita mengatakan sesuatu yang kurang mengenakkan, mengkritik atau memberi masukan, berpikirlah untuk mencari bagian positif dari perkataan sahabat kita itu. Jika belum ketemu juga, tanyakanlah maksud penyampaiannya tersebut dan tak perlu terkesan ‘defensif’.

5. Memelihara Persahabatan
• “Jangan kau tinggalkan temanmu dan teman ayahmu … ” (Amsal 27:10).
Bagian ini sering terlupakan: merawat persahabatan. Kesibukan masing-masing biasanya menjadi alasan untuk tidak merawat persahabatan. Cobalah buat rencana temu dengan sahabat kita pada waktu-waktu tertentu. Mengirim ucapan selamat ulang tahun, hari raya, atau mengingat momen indah bersama sahabat. Menelepon atau berinteraksi melalui media sosial juga merupakan salah satu cara untuk stay in touch.

6. Menjaga Kepercayaan
Banyak persahabatan hancur karena hilangnya kepercayaan. Jagalah rahasia yang telah dipercayakan oleh sahabatmu.
• “Belalah perkaramu terhadap sesasamu itu, tetapi jangan buka rahasia orang lain” (Amsal 25:9)
• “Saudara yang dikhianati lebih sulit dihampiri daripada kota yang kuat, …”. (Amsal 18:19)

Lebih mudah membangun ‘trust’ daripada harus membangun-ulang ‘trust’ yang pernah runtuh. Mintalah “gembok” dari Bapa di Surga agar kita bisa menjaga kepercayaan yang diberikan sahabat kita. Hindari mengatakan “eh , jangan bilang siapa-siapa ya.. ini hanya untuk kamu aja”, sekalipun kepada orang yang kita percayai.

7. Waspada Terhadap Gosip dan Fitnah
• “Orang yang curang menimbulkan pertengkaran, dan seorang pemfitnah menceraikan sahabat yang karib.” (Amsal 16:28).
Selalu ada alasan bagi orang fasik untuk tidak betah melihat kebaikan. Jadi, lakukan cek-ricek kepada sahabat setiap kali kita mendengar atau/ mengetahui bila ada hal yang di luar kewajaran.
Salah satu keunikan ajaran Tuhan Yesus adalah mengasihi sesama manusia. Matius 5:44 jelas mengatakan: “Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”

Berpegang pada ajaran tersebut, orang Kristen tidak dilarang menjalin persahabatan dengan orang tidak seiman. Justru melalui jalur persahabatan kita dapat menyampaikan kabar keselamatan Kristus. Bila Tuhan berencana, justru kita dapat membimbing mereka ke Jalan Keselamatan.

Selamat menjalin persahabatan dan menjadi saksi Kristus. Tuhan memberkati.

(Dimuat di Majalah Sahabat Vol.1 Februari 2017)